Minggu, 22 Desember 2013

IBU, I Miss You So Much

Hukum kekekalan energi dan semua agama menjelaskan bahwa apapun yang kita lakukan pasti akan dibalas sempurna kepada kita. Apabila kita melakukan energi positif atau kebaikan maka kita akan mendapat balasan berupa kebaikan pula. Begitu pula bila kita melakukan energi negatif atau keburukan maka kitapun akan mendapat balasan berupa keburukan pula. 
Kali ini izinkan saya menceritakan sebuah pengalaman pribadi yang terjadi pada 2003. 
Pada September-Oktober 2003 isteri saya terbaring di salah satu rumah sakit di Jakarta. Sudah tiga pekan para dokter belum mampu mendeteksi penyakit yang diidapnya. Dia sedang hamil 8 bulan. Panasnya sangat tinggi. Bahkan sudah satu pekan isteri saya telah terbujur di ruang ICU. Sekujur tubuhnya ditempeli kabel-kabel yang tersambung ke sebuah layar monitor. Suatu pagi saya dipanggil oleh dokter yang merawat isteri saya. Dokter berkata, "Pak Jamil, kami mohon izin untuk mengganti obat ibu". Sayapun menjawab "Mengapa dokter meminta izin saya?Bukankan setiap pagi saya membeli berbagai macam obat di apotek dokter tidak meminta izin saya" Dokter itu menjawab "Karena obat yang ini mahal Pak Jamil." "Memang harganya berapa dok?" Tanya saya. Dokter itu dengan mantap menjawab "Dua belas juta rupiah sekali suntik." "Haahh 12 juta rupiah dok, lantas sehari berapa kali suntik, dok? Dokter itu menjawab, "Sehari tiga kali suntik pak Jamil". Setelah menarik napas panjang saya berkata, "Berarti satu hari tiga puluh enam juta, dok?" Saat itu butiran air bening mengalir di pipi. Dengan suara bergetar saya berkata, "Dokter tolong usahakan sekali lagi mencari penyakit isteriku, sementara saya akan berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar penyakit istri saya segera ditemukan." "Pak Jamil kami sudah berusaha semampu kami bahkan kami telah meminta bantuan berbagai laboratorium dan penyakit istri Bapak tidak bisa kami deteksi secara tepat, kami harus sangat hati-hati memberi obat karena istri Bapak juga sedang hamil 8 bulan, baiklah kami akan coba satu kali lagi tapi kalau tidak ditemukan kami harus mengganti obatnya,pak." jawab dokter. Setelah percakapan itu usai, saya pergi menuju mushola kecil dekat ruang ICU. Saya melakukan sembahyang dan saya berdoa, "Ya Allah Ya Tuhanku... aku mengerti bahwa Engkau pasti akan menguji semua hamba-Mu, akupun mengerti bahwa setiap kebaikan yang aku lakukan pasti akan Engkau balas dan akupun mengerti bahwa setiap keburukan yang pernah aku lakukan juga akan Engkau balas. Ya Tuhanku... gerangan keburukan apa yang pernah aku lakukan sehingga Engkau uji aku dengan sakit isteriku yang berkepanjangan, tabunganku telah terkuras, tenaga dan pikiranku begitu lelah. Berikan aku petunjuk Ya Tuhanku. Engkau Maha Tahu bahkan Engkau mengetahui setiap guratan urat di leher nyamuk. Dan Engkaupun mengetahui hal yang kecil dari itu. Aku pasrah kepada Mu Ya Tuhanku. Sembuhkanlah istriku. Bagimu amat mudah menyembuhkan istriku, semudah Engkau mengatur milyaran planet di jagat raya ini." Ketika saya sedang berdoa itu tiba-tiba terbersit dalam ingatan akan kejadian puluhan tahun yang lalu. Ketika itu, saya hidup dalam keluarga yang miskin papa. Sudah tiga bulan saya belum membayar biaya sekolah yang hanya Rp. 25 per bulan. Akhirnya saya memberanikan diri mencuri uang ibu saya yang hanya Rp. 125. Saya ambil uang itu, Rp 75 saya gunakan untuk mebayar SPP, sisanya saya gunakan untuk jajan. Ketika ibu saya tahu bahwa uangnya hilang ia menangis sambil terbata berkata, "Pokoknya yang ngambil uangku kualat... yang ngambil uangku kualat..." Uang itu sebenarnya akan digunakan membayar hutang oleh ibuku. Melihat hal itu saya hanya terdiam dan tak berani mengaku bahwa sayalah yang mengambil uang itu. Usai berdoa saya merenung, "Jangan-jangan inilah hukum alam dan ketentuan Yang Maha Kuasa bahwa bila saya berbuat keburukan maka saya akan memperoleh keburukan. Dan keburukan yang saya terima adalah penyakit isteri saya ini karena saya pernah menyakiti ibu saya dengan mengambil uang yang ia miliki itu." Setelah menarik nafas panjang saya tekan nomor telepon rumah dimana ibu saya ada di rumah menemani tiga buah hati saya. Setelah salam dan menanyakan kondisi anak-anak dirumah, maka saya bertanya kepada ibu saya "Bu, apakah ibu ingat ketika ibu kehilangan uang sebayak seratus dua puluh lima rupiah beberapa puluh tahun yang lalu?" "Sampai kapanpun ibu ingat Mil. Kualat yang ngambil duit itu Mil,duit itu sangat ibu perlukan untuk membayar hutang, kok ya tega-teganya ada yang ngambil," jawab ibu saya dari balik telepon. Mendengar jawaban itu saya menutup mata perlahan, butiran air mata mengalir di pipi. Sambil terbata saya berkata, "Ibu, maafkan saya... yang ngambil uang itu saya, bu... saya minta maaf sama ibu. Saya minta maaaaf... saat nanti ketemu saya akan sungkem sama ibu, saya jahat telah tega sama ibu." Suasana hening sejenak. Tidak berapa lama kemudian dari balik telepon saya dengar ibu saya berkata: "Ya Tuhan pernyataanku aku cabut, yang ngambil uangku tidak kualat, aku maafkan dia. Ternyata yang ngambil adalah anak laki-lakiku. Jamil kamu nggak usah pikirin dan doakan saja isterimu agar cepat sembuh." Setelah memastikan bahwa ibu saya telah memaafkan saya, maka saya akhiri percakapan dengan memohon doa darinya. Kurang lebih pukul 12.45 saya dipanggil dokter, setibanya di ruangan sambil mengulurkan tangan kepada saya sang dokter berkata "Selamat pak, penyakit isteri bapak sudah ditemukan, infeksi pankreas. Ibu telah kami obati dan panasnya telah turun, setelah ini kami akan operasi untuk mengeluarkan bayi dari perut ibu." Bulu kuduk saya merinding mendengarnya, sambil menjabat erat tangan sang dokter saya berkata. "Terima kasih dokter, semoga Tuhan membalas semua kebaikan dokter." Saya meninggalkan ruangan dokter itu.... dengan berbisik pada diri sendiri "Ibu, I miss you so much." 
Sumber: "Ibu, I Miss You So Much" oleh Jamil Azzaini, Senior Trainer dan penulis buku Best Seller 'KUBIK LEADERSHIP; Solusi Esensial Meraih Sukses dan Kemuliaan Hidup'.

Sabtu, 01 Juni 2013

ANAK

Anak adalah dirinya, bukan dirimu dan bukan engkau yang dulu... 
Anakmu adalah amanah, ia buah hati dan bukan anak buah... 
 Anak hanyalah ujian, dan bukan bahan pujian, tapi butuh perhatian.. 
Anakmu adalah kekasih, kasihilah dengan sepenuh hati dan bukan sesuka hati...
apalagi mengasihi tapi menyakiti hati... 
Anakmu adalah cinta, dan cinta tidak pernah lelah, maka belajarlah untuk mencintai kelelahan ... 
Jangan katakan, "Aku lelah membesarkanmu... kamu sulit diatur..." 
Tapi katakanlah, " Aku mencintai kelelahan ini... dan Allah-lah yang Maha Mengatur..." 
 Anak itu fana..Allah itu abadi.... 
Dan bagi engkau yang sedang punya masalah dengan anakmu.. 
Sungguh, masalahmu sebenarnya adalah dengan Tuhanmu.. 
Sebab, anakmu hanya ujian ... 
Agar engkau tetap bertahan dan berTuhan....

Rabu, 22 Mei 2013

AYAH

Bagi seorang yang sudah dewasa, yang sedang jauh dari orangtua, akan sering merasa kangen dengan mamanya. Bagaimana dengan ayah ? 
Mungkin karena mama lebih sering nelpon untuk menanyakan keadaan mu. Tapi tahukah kamu, jika ternyata ayah lah yang mengingatkan mama untuk meneleponmu ? Saat kecil, mamalah yang lebih sering mendongeng. Tapi tahukah kamu bahwa sepulang ayah bekerja dengan wajah lelah beliau selalu menanyakan pada mama, apa yang anakmu lakukan seharian. Saat kamu sakit batuk/pilek, ayah kadang membentak "sudah dibilang! jangan minum es!". Tapi tahukah kamu bahwa ayah khawatir ? Ketika kamu remaja, kamu menuntut untuk dapat izin keluar malam. ayah dengan tegas berkata "tidak boleh !" Sadarkah kamu bahwa ayah hanya ingin menjagamu ? Karena bagi ayah, kamu adalah sesuatu yang sangat berharga. Saat kamu bisa lebih dipercaya, Ayah pun melonggarkan peraturannya. Kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan ayah adalah menunggu di ruang tamu dengan sangat khawatir. Ketika kamu dewasa, dan harus kuliah di kota lain. Ayah harus melepasmu. Tahukah kamu bahwa badan ayah terasa kaku untuk memelukmu? Dan ayah sangat ingin menangis. Di saat kamu memerlukan ini-itu, untuk keperluan sekolahmu, ayah hanya mengernyitkan dahi. Tapi tanpa menolak, beliau memenuhinya. Ayah sangat menyayangimu, tetapi seorang ayah sulit mengungkapkan dalam perbuatan dan perkataan seperti ibu.. Sampai ketika teman pasanganmu datang untuk meminta izin mengambilmu dari ayah.Ayah akan sangat berhati-hati dalam memberi izin. Dan akhirnya.. Saat ayah melihatmu duduk dipelaminan bersama seorang yang dianggapnya pantas, Ayahpun tersenyum bahagia Apa kamu tahu, bahwa ayah pergi ke belakang dan menangis? ayah menangis karena ayah sangat bahagia. "Semoga Putra/i kecilku yg manis berbahagia bersama pasangannya" 
Setelah itu ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk Dengan rambut yang memutih dan badan yang tak lagi kuat untuk menjagamu

Jumat, 05 April 2013

LAKI-LAKI

Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. 
Anak wanita itu bertanya pada ayahnya, "Ayah, mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk ?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda. 
Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban Ayahnya. 
Anak wanita itu berguman : "Aku tidak mengerti." 
Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan. 
Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya : "Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?" Ibunya menjawab: "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar-benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban Sang Bunda. Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran. Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini. 
"Saat Kuciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. "